Lebaran, mudik dan orang tua

Hari ke 17 Ramadhan yang bertepatan dengan hari ke 17 di bulan Agustus yang berarti peringatan kemerdekaan Republik tercinta, yang berarti upacara yang berarti pula 5 hari lagi pulaaaannggggg hehehhehehe…… Alhamdulillah sampe hari ke-17 ini keimanan masih terjaga dengan baik insyaallah, semangatnya masih belum berubah dari hari pertama kemarin, semoga akan terus terjaga sampe akhir ato bahkan sampe bulan-bulan selanjutnya. Alhamdulillah ramadhan tahun ini insyaallah jauh lebih baik dari ramdhan tahun kemarin, walopun belum bisa menyamai ramadhan 2 tahun lalu, tapi paling gak emosi lebih terjaga dan semangat ibadah terus.

Tahun ke-2 di kota Makassar, seperti kata pepatah lain padang lain ilalang lain lubuk lain ikannya, jadi lain di jawa lain pula di Sulawesi, padahal ini masih sama-sama Indonesia lho yaaaa, Indonesia yang berbhineka tunggal ika…deehhh apa sih kok jadi ngelantur. Sebenernya intinya Cuma mo curhat tentang seorang bapak di kantor yang baik banget, tapi Makassar banget…. Jadi sering beda pendapat denganku yang gak baik-baik banget dan gak Makassar sama sekali hehehehhehe.

Bapak : dona mudik tanggal berapa?

Dona : tanggal 22 pak

Bapak : kalo devy tanggal berapa ?

Devy : tanggal 23

Bapak : waaahh kok mudik semua, trus siapa nanti yg kerja… kalo ria gak mudik khan?? *udah pertanda gak baik nech*

Ria : waahh yaa mudik dunk pak

Bapak : mudik tanggal berapa?

Ria : 23 *jawab mantab krn pencetus ide mudik tgl 23 adalah SAIA*

Bapak : harusnya ria gak usah mudik, krn ria blm ada suaminya, ria mudiknya idul adha saja *wajah serius*

Ria : ngapain pak mudik idul adha?? Mo disembelih?? *menahan intonasi biar tetep datar, menahan emosi biar gak meledak saat itu juga*

Percekapan di atas mungkin bisa jadi percakapan yang biasa saja…. Tapi bagi ku saat itu, ini percakapan yang luar biasa, yang menumbuhkan segala argumentasiku tentang mudik,tentang lebaran dan tentang orang tua. Mudik mungkin memang bukan budaya islam, hanya budaya Indonesia yang cukup menguntungkan bagi pengusaha transportasi, konveksi dan pangan… pokoknya mudik itu wajib bagi penduduk Indonesia yang merantau. Lebaran identik dengan saling bermaaf-maafan walopun sekarang dah dipindahkan ke menjelang ramadhan, tapi ngumpul keluarga besar yang mungkin hanya bisa terjadi setahun sekali ini tidak boleh dilewatkan, lebaran itu ketika semua keluarga pada ngumpul, meninggalkan segala aktifitas pekerjaan rutin, dan memfokuskan waktu utk keluarga….. oohh indahnya budaya Indonesia ini…. Dan sebagai wanita yang menjelang umur 30 tapi belum diberi kesempatan menikah, orang tua adalah orang terpenting dalam hidup, sungkem mencium tangan mereka, membahagiakan mereka, termasuk setor muka walopun sekarang makin jarang terjadi, mungkin dalam setahun hanya bisa 2-3 kali. Hal-hal itu masih menjadi kewajiban utamaku sebagai anak, karena aku masih menjadi tanggung jawab mereka, dan tanggung jawabku adalah berbakti pada mereka…. Kalo begitu knapa aku harus dikalahkan utk bertemu orang tuaku di hari lebaran demi teman-temanku yang sudah bersuami. Apakah hanya para suami yang wajib dibahagiakan dan orang tua tidak?? Apakah hanya kewajiban sebagai istri yang didahulukan tapi kewajiban sebagai anak diabaikan. Sekali lagi saya tegaskan, walopun umur saya sudah 29 tapi status saya masih sebagai anak, belum menjadi istri. Jadi jangan pernah halangi saya melaksanakan kewajiban saya sebagai anak.*sedikit emosi saia*

Bapak : ria kalo mudik ntar jangan lupa kasih uang ke orang tuanya, walopun sedikit yang penting ngasih

Ria : pak orang tua saya gak mau dikasih uang

Bapak : tapi tetep ngasih ria, khan selama ini ria sudah dibiayai sama orang tua

Ria : *aaww..aww..awww…..itung-itungan nech ceritanya, mulai paham saia* iya pak

Menjawab ‘Iya’ bukan berarti saya setuju dengan omongan bapak, Cuma sudah memahami maksud bapak, dan tidak perlu menjelaskan kebiasaan keluarga terutama orang tua saya ke bapak, karena saya yakin bapak tidak akan mudah mengerti hehehehhe. Maaf pak, bukan saya gak mau ngasih uang ke orang tua saya pak, dan bukannya saya gak mau membalas kebaikan orang tua saya selama ini… tapi bagi orang tua saya kebahagiaan itu bukan hanya dilihat dari uang pak, insyaallah dari segi materi orang tua saya masih dicukupkan, dan berkali-kali orang tua saya bilang ke anak-anaknya yg Cuma 2 biji ini bahwa orang tua saya tidak butuh uang dari anak-anaknya, tidak pernah mengharapkan pemberian secara materi dari anaknya. Asal anaknya bisa hidup mandiri, dicukupkan secara materi dan rohani, bahagia, hidup aman tentram dan damai dimanapun berada, dan tetap beriman itu sudah cukup bagi mereka. Dan sebagai anak-anak yang manis tentu kita juga tidak lupa begitu saja dengan jasa orang tua yang luar biasa kepada kami, tentu kami akan memberikan apa yang kami bisa, dalam bentuk barang terutama (krn sekali lagi orang tua gak mau nrima uang). Bagi saya terutama, sebagai anak terkecil dirumah dan terkenal manja setengah mampus, tidak merengek atau mengeluh lagi tentang apapun yang sedang saya hadapi telah membuat orang tua saya bersyukur, bahwa anaknya yang manja ini juga bisa hidup mandiri *akhirnya* di tanah orang dan tentu akan lebih bersyukur lagi kalo anaknya yg manja ini bisa membawakan calon menantu hehehehhehe *ngareeepppssss*